Estimasi biaya dan usaha proyek merupakan suatu kegiatan pengaturan sumber daya dalam mencapai tujuan dan sasaran dari proyek, sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan tahapan dan target yang dikehendaki. Dalam usaha estimasi sering menghadapi dua permasalahan yaitu over-estimates dan under-estimates. Overestimates (estimasi berlebihan) akan menimbulkan penambahan alokasi sumberdaya dari yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan penanganan managerial. Sedangkan estimasi yang kurang (under-estimates) akan mengurangi kualitas dari produk karena tidak sesuai dengan standar. Untuk itu perlu dilakukan langkah yang hati-hati dalam melakukan estimasi suatu proyek software sehingga dapat dicapai keberhasilan proyek yaitu tepat waktu, sesuai budget dan terpenuhinya standar kualitas produk.
Selain itu, Estimasi merupakan sebuah proses pengulangan. Pemanggilan ulang estimasi yang pertama dilakukan selama fase definisi, yaitu ketika anda menulis rencana pendahuluan proyek. Hal ini perlu dilakukan, karena anda membutuhkan estimasi untuk proposal. Setelah fase analisis direncanakan ulang, anda harus memeriksa estimasi dan merubah rencana pendahuluan proyek menjadi rencana akhir proyek.
Contoh data estimasi Biaya untuk implementasi “Sistem Gudang On-Line” diperkirakan sebagai berikut:
No | Kegiatan | Jumlah (Rp) |
1 | Studi Kelayakan | Rp 300.000 |
2 | Desain Fungsi | Rp 750.000 |
3 | Pemrograman | Rp 2.000.000 |
4 | Pengujian | Rp 250.000 |
5 | Pelatihan | Rp 500.000 |
6 | Pemeliharaan | Rp 600.000 |
7 | Dokumentasi (50 hal) | Rp 100.000 |
Jumlah Total | Rp 4.500.000 |
Teknik-Teknik Estimasi Biaya Perangkat Lunak sebagai berikut :
1. Algorithmic
models : menggunakan ‘effort driver’ yang menggambarkan karakteristik dari
sistem target dan lingkungan implementasi untuk memprediksi biaya.
2. Expert judgement : dimana nasehat staf yang memiliki
kemampuan sangat diharapkan
3. Analogy :
kemiripan, kelengkapan, proyek diidentifikasi dan biaya aktualnya digunakan
sebagai dasar estimasi proyek baru.
4. Parkinson :
mengidentifikasi kelayakan biaya staf untuk mengerjakan proyek dan
menggunakannya sebagai estimasi (bukan
merupakan metode prediksi biaya yang sebenarnya).
5. Price to
win : estimasi harus kelihatan cukup rendah untuk memenangkan kontrak.
6. Top-down:
keseluruhan estimasi diformulasikan untuk keseluruhan proyek yang kemudian
dipecah ke dalam usaha yang diperlukan
untuk komponen-komponen tugas.
7. Bottom-up :
komponen-komponen tugas diidentifikasi, diukur dan dilakukan estimasi
sendiri-sendiri untuk kemudian dijumlahkan
Referensi :
http://www.batan.go.id/ppin/lokakarya/LKSTN_17/SUHARJITO.pdf
http://yayuk05.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar