
Nah, apa jadinya jika orangtua menjadi teman di facebook anaknya? Bisa terbayang, kala remaja perempuan mengetik status yang berisi luapan perasaannya kala bertemu dengan pujaan hati dan di antara komentar-komentar lucu dari teman-temannya terselip komentar si mama atau papa yang tidak “nyambung”.
Sekarang ini “status” lebih sering diisi dengan perasaan-perasaan pribadi yang dirangkai lewat bahasagaul pun kesannya sangat emosional. Biasa yang sering ditemui adalah, 'Bad Mood', 'lagi berdeba-debar', 'Thank God For Loving Me' bahkan 'Nongkrong di J-Co'. Apa para remaja mau berbagi hal-hal yang demikian kepada orangtuanya?
"Aduh, nggak banget deh kalau orangtua tahu segala aktivitasku" atau "Kalau orangtua mau buat facebook ya boleh-boleh aja tapi lebih baik nggak usah sampai gabung di facebook anaknya. Di kelompok masing-masing ajalah. Orangtua sama teman-temannya demikian juga dengan kita remaja sama teman-temannya", adalah beberapa alasan para remaja menolak orangtua menjadi teman di facebooknya.
Buatku nggak masalah. Malahan bila orangtua menjadi teman facebookku, aku jadi lebih hati-hati ngomong dan nggak asal bicara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar