Facebook. Siapa sich yang nggak tau situs jejaringan ciptaan Mark Zuckerberg yang sedang getol-getolnya dimainkan oleh orang banyak. Perkembangan facebook yang sedemikian pesat sehingga dilakoni segala kalangan usia dan tingkat sosial. Politikus, profesional muda, pengusaha, remaja dan orangtua. Ibarat virus, facebook sudah menjamur ke siapa saja dan semua lapiasan generasi.
Nah, apa jadinya jika orangtua menjadi teman di facebook anaknya? Bisa terbayang, kala remaja perempuan mengetik status yang berisi luapan perasaannya kala bertemu dengan pujaan hati dan di antara komentar-komentar lucu dari teman-temannya terselip komentar si mama atau papa yang tidak “nyambung”.
Sekarang ini “status” lebih sering diisi dengan perasaan-perasaan pribadi yang dirangkai lewat bahasagaul pun kesannya sangat emosional. Biasa yang sering ditemui adalah, 'Bad Mood', 'lagi berdeba-debar', 'Thank God For Loving Me' bahkan 'Nongkrong di J-Co'. Apa para remaja mau berbagi hal-hal yang demikian kepada orangtuanya?
"Aduh, nggak banget deh kalau orangtua tahu segala aktivitasku" atau "Kalau orangtua mau buat facebook ya boleh-boleh aja tapi lebih baik nggak usah sampai gabung di facebook anaknya. Di kelompok masing-masing ajalah. Orangtua sama teman-temannya demikian juga dengan kita remaja sama teman-temannya", adalah beberapa alasan para remaja menolak orangtua menjadi teman di facebooknya.
Buatku nggak masalah. Malahan bila orangtua menjadi teman facebookku, aku jadi lebih hati-hati ngomong dan nggak asal bicara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar